Inisiatif edukasi prebunking, #RecheckSebelumKeGocek oleh Jigsaw berhasil menjangkau 57 juta masyarakat Indonesia, dimana 74% diantaranya adalah kelompok usia Gen Z dan Millennials.
Setiap hari, jutaan masyarakat Indonesia membuka Google dan YouTube untuk mencari informasi. Namun, ketika berbicara dalam konteks dunia internet, ada banyak jenis informasi dan tidak semuanya dapat diandalkan atau dipercaya. Di Google, kami merasakan tanggung jawab besar kepada pengguna yang mempercayai kami untuk memberikan informasi yang dapat diandalkan dan berguna untuk berbagai kebutuhan mereka. Hal ini terutama terjadi ketika menghubungkan masyarakat dengan informasi dari sumber berkualitas tinggi pada saat-saat yang paling penting - misalnya, ketika menjelang pemilu.
Faktanya, data di Google Trends menunjukkan bahwa setahun belakangan, masyarakat Indonesia semakin waspada terhadap misinformasi, hal ini dapat dilihat dari minat pencarian masyarakat terhadap berita palsu dan pengecekan fakta kian meningkat dari awal tahun lalu, hingga saat ini berada pada titik tertinggi dalam 10 tahun terakhir di Indonesia.
Pada September lalu kami mengumumkan sederet fitur juga inisiatif untuk terus melawan misinformasi terutama di masa pemilu, - bersama dengan mitra mitra seperti Komisi Pemilihuan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Kominfo, CekFakta, Mafindo, Bijak Memilih, Safer Internet Lab (SAIL), Think Policy dan banyak lainnya. Tiga hal yang menjadi fokus Google: Menyajikan informasi yang dapat diandalkan di platform, membekali masyarakat dengan literasi media digital untuk menghindari misinformasi, dan memberdayakan mitra ekosistem agar siap menghadapi pemilu.
Menyajikan informasi yang dapat diandalkan
Selain memiliki kebijakan yang menyeluruh untuk mengatasi misinformasi di seluruh produk, kami juga terus berupaya untuk menghubungkan masyarakat Indonesia ke informasi otoritatif atau tepercaya dan kredibel. Dalam momen seperti pemilu, banyak pemilih akan meminta bantuan Google dan YouTube untuk mendapatkan berita terbaru dan mengenal para kandidat dengan lebih baik.
Demikian pula bagi para pemilih pemula, yang mungkin baru sekadar ingin memahami proses pemilu. Untuk membantu pemilih mendapatkan informasi terbaru dan mengenal para kandidat dengan lebih baik, kami membuat beberapa fitur untuk mengutamakan data dari sumber terpercaya, agar masyarakat lebih mudah mendapatkan informasi dan menemukan berita yang kredibel seputar pemilu, termasuk dengan mengarahkan mereka ke situs resmi pemilu dari KPU. Contohnya:
Google Search, pengguna akan melihat link video debat resmi dari beragam sumber di beranda, tahapan dan jadwal pemilu langsung di halaman pertama ketika mereka memasukkan kata kunci “Pemilu 2024”.
Di beranda YouTube, secara berkala, akan ditampilkan informasi mengenai Pemilu yang akan mengarah ke situs KPU. Mulai hari ini, akan ada informasi dari sumber otoritatif dan media nasional untuk mencari informasi kandidat peserta pemilu menggunakan kata kunci seperti “cara memilih”.
Kata kunci Pemilu di Google Search
Memastikan informasi kunci Pemilu dari sumber
otoritatif ditampilkan dengan jelas di beranda
Membekali masyarakat dengan literasi media digital untuk menghindari misinformasi
Sebuah penelitian dari Moonshot, perusahaan partner Google yang berfokus mengatasi masalah sosial terkait bahaya yang mengancam di internet, menunjukkan bahwa ada 3 taktik misinformasi yang umum terjadi di Indonesia: merusak reputasi, memancing emosi, dan manipulasi gambar/ video. Seiring dengan tema misinformasi yang saat ini mendominasi dan kerap bermunculan, taktik-taktik ini dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap institusi pemerintah dan proses demokrasi pada pemilu mendatang.
Oleh karena itu, Google Indonesia dan Jigsaw bekerja sama dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), Moonshot, Safer Internet Lab (SAIL), dan Cek Fakta, September lalu meluncurkan sebuah inisiatif edukasi prebunking yang disebut #RecheckSebelumKegocek untuk membantu masyarakat Indonesia lebih dapat mendeteksi misinformasi. Inisiatif ini telah dilakukan dan berhasil menjangkau 57 juta masyarakat Indonesia, dimana 74% diantaranya adalah kelompok usia Gen Z dan Millennials. Menariknya, Gen Z yang menonton video dari inisiatif ini dapat lebih mengenali manipulasi gambar dan video, dibandingkan oleh mereka yg tidak menonton.
Sementara itu, YouTube berkolaborasi dengan Think Policy dan What is Up Indonesia melalui kampanye #HitPause untuk mengingatkan masyarakat Indonesia tentang taktik-taktik yang harus dipahami untuk menghadapi misinformasi.
KiKa: Ronald Manoach, Reni Rinjani, dan Muriel Makarim, dalam acara #YukPahamiPemilu
“Meningkatkan literasi digital dan memberdayakan masyarakat Indonesia dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mengevaluasi informasi online merupakan bagian penting dalam mengatasi misinformasi. Namun, penting untuk disadari bahwa menciptakan lingkungan online yang aman—adalah tanggung jawab bersama. Kami mengapresiasi kolaborasi yang baik dari berbagai mitra untuk terus bersama memerangi misinformasi, memastikan bahwa masyarakat Indonesia mendapatkan akses informasi kredibel yang tepat waktu, mewujudkan lingkungan online yang inklusif dan aman untuk semua,” ujar Muriel Makarim, Country Marketing Manager, Google Indonesia.
Memberdayakan mitra ekosistem agar siap menghadapi pemilu
Memberdayakan mitra ekosistem agar siap menghadapi pemilu termasuk melanjutkan kolaborasi dengan pakar industri dan ekosistem berita yang dilakukan melalui berbagai inisiatif untuk turut mencegah penyebaran misinformasi dan menciptakan konten yang bertanggung jawab.
Ada berbagai inisiatif yang dilaksanakan seperti dukungan berkelanjutan ke koalisi Cek Fakta, berbagai pelatihan ke para pemangku kepentingan seperti Advanced Protection Program, Safer Internet Lab dan penguatan YouTube Priority Flaggers.
Google.org juga berkomitmen untuk melanjutkan kerja sama dengan MAFINDO dan berbagai mitra berupa hibah senilai US$2,5 juta untuk memperluas jangkauan program Tular Nalar ke seluruh penjuru Indonesia. “Fokus utama program ini adalah menyediakan sarana dan membekali kaum muda dan kelompok yang rentan dan termarjinalkan, seperti lansia, dengan kemampuan yang diperlukan untuk mengidentifikasi informasi yang keliru, hoaks, dan ujaran kebencian—untuk memastikan bahwa mereka dapat menjelajahi internet dengan aman, dengan tetap terhindar dari hoaks dan penipuan digital. Dengan dukungan yang berkelanjutan dari Google.org, bersama dengan para mitra, kami berhasil menjangkau lebih dari 16,800 penerima manfaat; dimana mayoritas adalah perempuan dan kelompok usia 17 - 22 tahun,” ujar Septiaji Eko Nugroho, Ketua Presidium MAFINDO
Terakhir, Safer Internet Lab di luncurkan dua tahun lalu bersama dengan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) yang bertujuan untuk secara sistematis melawan misinformasi dan disinformasi, melalui riset dan kerja sama dengan berbagai pihak yang berkepentingan.
“Saat ini, informasi tersedia amat cepat dan masif dalam satu genggaman. Menghadapi Pemilu 2024, sebagai penyelenggara Pemilihan Umum, KPU menyadari dan memiliki komitmen untuk berusaha ikut meningkatkan partisipasi dan kualitas pemilih dengan memaksimalkan sarana dan channel yang tersedia dalam dunia maya. Kami sangat mengapresiasi berbagai upaya dari Google dan YouTube untuk memastikan bahwa masyarakat Indonesia untuk mendapatkan akses informasi kredibel yang tepat waktu, khususnya kelompok usia muda yang mungkin baru memilih pertama kali di Februari mendatang.” disampaikan Hubungan Masyarakat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia.
“Menciptakan lingkungan online yang aman—terutama selama momen berisiko tinggi, seperti masa kampanye pemilu sampai pelantikan—adalah tanggung jawab bersama. Sejalan dengan visi utama Bawaslu dalam melakukan pencegahan untuk mewujudkan Pemilu damai dan berintegritas, kami menghargai pendekatan komprehensif Google dan YouTube untuk memerangi misinformasi dan memastikan lingkungan online yang inklusif dan aman untuk seluruh lapisan masyarakat di Indonesia; khususnya mengedukasi untuk mengenali hoaks lewat inisiatif #RecheckSebelumKegocek ke kelompok usia muda, yang dimana adalah mayoritas pemilih di pemilu mendatang.” ujar Ronald Manoach, Tenaga Ahli Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Republik Indonesia.