Hari Pariwisata Sedunia diperingati pada tanggal 27 September setiap tahunnya. Setelah lebih dari satu tahun banyak industri, khususnya di sektor pariwisata merasakan dampak Covid-19, berikut perjuangan para pelaku UMKM ini dalam mempertahankan usahanya.
Faturrahman yang lahir di Lingsar, Lombok Barat, pada 48 tahun silam memulai usaha seni dan kerajinan dari batok kelapa sejak tahun 2000. Berawal dari rasa penasaran ketika melihat neneknya menggunakan batok kelapa sebagai pengganti gayung di kamar mandi, Faturrahman juga melihat batok kelapa digunakan sebagai peralatan makan.
Atas rasa penasaran tersebut, Faturrahman dan istrinya Ernawiati mencari tahu darimana asal batok kelapa yang ia gunakan. Ia menemukan bahwa batok kelapa tersebut merupakan hasil limbah di daerahnya dengan jumlah yang sangat melimpah. Ia pun memiliki gagasan untuk mengubah batok kelapa menjadi barang bernilai guna dan estetik sehingga memiliki harga jual yang tinggi, seperti kerajinan tangan dan pernak-pernik suvenir lainnya. Ia mulai memproduksi sendok, garpu, sumpit, gelas, tempat tisu, centong sayur, mangkok dan lain-lain dengan menggunakan batok kelapa sebagai bahan baku utama.
Awalnya ia memasarkan produk secara door-to-door dengan mendatangi perhotelan dan perkantoran untuk mempromosikan produknya. Ia juga membuat brosur-brosur agar lebih banyak orang yang mengenal dan mengetahui produk buatannya. Lambat laun usaha yang ia beri nama Galih Kelapa terus bertumbuh. Ia mulai mengajak para ibu rumah tangga di sekitar rumahnya untuk membantu proses produksi. “80% dari tenaga kerja kami adalah ibu rumah tangga, mereka tetangga-tetangga di lingkungan rumah saya. Saya ingin bermanfaat bagi lingkungan sekitar, dan juga membantu mereka agar memiliki ekonomi yang lebih baik,” ungkap Faturrahman.
Hingga di tahun 2009, melalui pihak kedua dan ketiga, Galih Kelapa berhasil di ekspor ke beberapa negara, termasuk Polandia, Kanada, Venezuela, Prancis, dan beberapa negara tetangga. Ia berhasil meraih omzet hingga 20 juta perbulan berkat Galih Kelapa.
Ketika pandemi Covid-19 datang, penurunan omset sangat dirasakan olehnya. “Omset kami menurun hingga 70% karena pesanan sangat sedikit. Bahkan saat ini kami sama sekali tidak mendapat pemasukan. Dengan berat hati kami harus mengurangi tenaga kerja hingga hanya 3-5 orang saja yang membantu usaha kami. Kami sangat berharap kondisi pandemi ini segera berlalu agar kami bisa kembali membantu ekonomi di daerah kami,” cerita Faturrahman.
Usaha harus terus berlanjut, Faturrahman dan istrinya mencari cara agar produknya lebih dikenal oleh banyak pelanggan baru. Hingga ia akhirnya mengikuti pelatihan dari Google yang bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yaitu program Gapura Digital untuk Wonderful Indonesia. Pelatihan ini bertujuan agar pelaku UMKM di sektor pariwisata dapat memanfaatkan peluang bisnis secara digital, baik selama masa pandemi COVID-19 maupun seterusnya.
“Setelah mengikuti pelatihan ini, banyak ilmu yang sangat bermanfaat dan saya menjadi paham betapa pentingnya pemasaran digital. Walaupun saya sudah berumur, saya harus bisa beradaptasi di masa sekarang yang sangat mengandalkan penjualan online dan saya harus banyak belajar tentang digital agar media sosial yang kami punya bisa mempromosikan produk kami secara maksimal ke pelanggan,” papar Faturrahman
“Materi yang bermanfaat bagi saya yaitu materi Business Profile dan media sosial karena ternyata Business Profile memiliki website gratis yang bisa digunakan secara maksimal. Tidak hanya itu, Business Profile dapat langsung terhubung dengan Maps sehingga memudahkan pelanggan untuk menemukan toko kami. Begitu juga materi media sosial yang sangat membantu saya untuk memaksimalkan penggunaanya karena sebelum mengikuti pelatihan ini,penggunaan media sosial kami masih sangat minim, bahkan tidak dikelola. Terima kasih pelatihan Gapura Digital untuk Wonderful Indonesia,” pungkasnya.