Google telah menjalankan beberapa program dan kemitraan selama beberapa tahun dengan perusahaan media di Indonesia. Untuk pertama kalinya Google for Media hadir dalam rangkaian enam sesi webinar yang akan mencakup berbagai topik. Google for Media akan menjelaskan bagaimana Google bekerja sama dengan lembaga-lembaga berita di Indonesia, dengan mengungkapkan berbagai produk, kemitraan, dan program yang ada di Google. Google for Media mengundang para partner media di Indonesia untuk menceritakan pengalaman dan pelajaran dari kerja sama mereka dengan Google. Di sesi webinar yang pertama, “Innovation in the newsroom menjadi tema yang dipilih.



Beberapa bulan terakhir, COVID-19 telah menimbulkan tekanan yang belum pernah dialami oleh industri berita selama ini. Semuanya terpengaruh, mulai dari pembuatan berita berkualitas hingga kelangsungan model bisnis yang ada.


Google telah berusaha sebaik mungkin untuk membantu industri berita di masa sulit ini dan mengadaptasikan dukungan mengikuti situasi. Acara hari ini adalah bagian dari kontribusi Google - yaitu untuk memberikan insight dan solusi bagi media di Indonesia tentang cara terbaik untuk menerapkan perubahan dan terus berkembang. 
Semuel Abrijani Pangerapan, Direktur Jenderal Aptika KemKominfo RI



“Saya meyakini bahwa kolaborasi antara lembaga-lembaga negara, dunia usaha, para wartawan dan seluruh pemangku kepentingan adalah kunci dalam akselerasi transformasi digital Indonesia,” ungkap Semuel Abrijani Pangerapan, Direktur Aptika Kementerian Kominfo RI dalam sambutannya.
“Kami juga mengembangkan sumber daya manusia sebagai prioritas utama bagi Pemerintah Indonesia dan kami menyambut baik inisiatif ini yang melibatkan media dari seluruh Indonesia yang sudah mengikuti beberapa program Google untuk mencari terobosan yang dapat mempercepat proses transformasi digital yang semakin penting untuk semua industri di Indonesia dan di seluruh dunia.” 


Google sangat peduli untuk memastikan kesuksesan industri berita. Misi Google adalah membantu semua orang memahami dunia dengan menyediakan akses ke berita-berita yang berkualitas tinggi dari berbagai perspektif. Google ingin berusaha memastikan adanya ekosistem sumber berita lokal dan nasional yang independen dan sehat, yang mewakili berbagai perspektif. Seperti yang kita tahu, ekosistem berita yang sehat punya peran penting dalam mengedukasi dan menyediakan informasi bagi masyarakat, serta memperkuat demokrasi.

Google telah bekerja sama dengan media hampir sejak dari awal Google didirikan untuk menyediakan dukungan yang luas bagi masa depan jurnalisme, yaitu sejak meluncurkan Google Berita 18 tahun lalu, pada tahun 2002. Bentuk dukungan Google terus berevolusi. Di tahun 2018, semua inisiatif Google yang berhubungan dengan media dikonsolidasikan ke dalam satu wadah yaitu Google News Initiative. Sejak itu Google sudah menyediakan komitmen sebesar 300 juta dolar selama 3 ½ tahun untuk mendukung industri berita.

3 program menarik yang melibatkan beberapa tim di Google yang bekerja sama secara dekat dengan penerbit-penerbit berita di Indonesia, baik yang besar dan yang kecil dibahas dalam webinar perdana Google for Media: innovation in the newsroom. Masing-masing program itu bertujuan untuk mengatasi  tantangan unik:
- Bagaimana cara menghadirkan dan memastikan penerapan konsep-konsep inovatif di ruang redaksi?
- Bagaimana cara untuk “go online” dan memonetisasikan konten online kalau belum pernah sama sekali?
- Bagaimana cara mengatasi masalah-masalah klasik yang ada di ruang redaksi melalui sudut pandang yang berbeda?



Sesi kami berikutnya akan berlangsung pada 26 Agustus 2020, dengan tema: "YouTube and News." Save the date!

Anda dapat menyaksikan ulang Google for Media: Innovation in the newsroom di YouTube Google Indonesia

Lawton Constitution, yang didirikan pada 1904 di Oklahoma, adalah salah satu dari 5.600 lebih penerima Bantuan Dana Darurat untuk Jurnalisme (JERF) Google News Initiative. Dalam komitmennya untuk melayani di bidang jurnalisme di komunitas lokal, David Stringer, pemiliknya, tahu betapa sulitnya pelaksanaan misi itu, meskipun niatnya mulia. “Semurah apapun biayanya, kami tahu bahwa ada warga yang ingin membaca koran, namun tidak mampu membelinya,” katanya. Jadi, Lawton Constitution memakai dana JERF untuk mensubsidi separuh dari biaya berlangganan bagi orang-orang yang kurang mampu yang ingin mengikuti berita. Dengan demikian mereka bisa menyediakan akses terhadap informasi penting kepada komunitas sambil membina hubungan untuk masa depan. 
Di Korea Selatan, Kim Hong-tak dari Jeonnam Ilbo memakai dana JERF untuk menyoroti kegigihan bisnis lokal yang terkena dampak COVID-19. Penerbit ini membuat kolom khusus yang berfokus pada UKM lokal untuk menyoroti kekuatan serta nilai-nilai mereka sambil menjadi jembatan yang menghubungkan mereka dengan lembaga pemerintah yang tepat untuk mendapatkan dukungan lebih jauh.
Di Inggris, DC Thomson memakai dana JERF untuk mendukung tim konten baru untuk membantu menjaring 10.000 pelanggan baru selama masa karantina wilayah. Di Argentina, El Diario menerbitkan sebuah berita editorial yang menjelaskan bagaimana dana tersebut akan memungkinkan mereka untuk terus “… menyuarakan aspirasi dari kota dan daerah mereka”. Di Kanada, Narcity Media akan memakai dana JERF untuk menambah staf mereka dengan merekrut setidaknya 1-2 wartawan.

Ini adalah sedikit dari banyak sekali cerita yang kami terima sejak JERF diluncurkan pada bulan April. Saat COVID-19 mengubah dunia secara drastis, kami tidak tahu apa yang akan terjadi. Niat kami sederhana saja: membantu memenuhi kebutuhan nyata yang dirasakan penerbit berita lokal dan situs berita di seluruh dunia, yang mengalami kesulitan finansial akibat pelemahan ekonomi dan penurunan belanja iklan.
Dalam beberapa bulan terakhir, kami telah menyediakan dana sebesar 39,5 juta dolar bagi lebih dari 5.600 penerbit berita di 115 negara. Dana itu dipakai dalam berbagai cara kreatif, mulai dari memastikan terpenuhinya kebutuhan dasar peliputan berita, memberikan insentif darurat agar para wartawan bisa meliput krisis ini, hingga mendorong interaksi audiens dan meningkatkan jumlah langganan.
Dalam dua minggu sejak diumumkan, kami menerima lebih dari 12.000 pendaftaran. Respons yang masif ini memberi kami peluang untuk memahami apa arti “lokal” di berbagai belahan dunia, serta bagaimana hal-hal seperti ukuran redaksi hingga struktur kepemilikan bisa bervariasi tergantung wilayah dan jenis komunitas yang dilayani. Misalnya, ukuran rata-rata redaksi bervariasi dari 8 orang di Amerika Utara hingga 20 orang di Asia-Pasifik. 
Kami belajar bahwa iklan tetap menjadi sumber pendapatan tunggal bagi sebagian besar penerima dana JERF, dengan 50% menyatakan bahwa mereka bergantung total pada iklan. Sebuah survei yang kami adakan juga menunjukkan bahwa kurang dari 30% penerima dana menggunakan paywall (penghalang konten berbayar) dan kurang dari 18% mengandalkan kontribusi dari komunitas atau langganan untuk mendukung aktivitas jurnalisme mereka. Namun, kondisi ini sedang berubah dengan 60% penerima dana berencana untuk mendiversifikasikan sumber pendapatan mereka dengan mengembangkan model langganan, keanggotaan, atau kontribusi.
Selain itu, sekitar 20% penerbit berita memberi tahu kami bahwa mereka sedang memberikan prioritas pada kebutuhan akan perubahan kultur yang meliputi fokus pada keberagaman, kesetaraan, dan inklusi, serta pada manajemen organisasi dan bisnis.
Pandemi ini berdampak pada semua pihak, dan lembaga berita lokal telah menjadi ujung tombak dalam upaya membantu komunitas mereka bertahan menghadapi dampak dari COVID-19. Kami di Google News Initiative berusaha untuk menjalankan peran kami melalui penyediaan dana ini serta inisiatif-inisiatif lain, di tengah upaya kita untuk mencapai tujuan bersama kita, yaitu industri berita global yang berkesinambungan, inovatif, dan beragam.
Lihat daftar lengkap penerima dananya di sini.


Kalau Anda memutuskan untuk memakai cloud bagi perusahaan Anda, Anda tidak perlu mempertaruhkan semuanya sekaligus - bisa saja lebih logis untuk mengalihkan area-area tertentu dulu. Data yang khususnya sensitif masih dapat disimpan di server perusahaan jika perlu. Namun, jelas bahwa dibandingkan dengan perusahaan biasa, penyedia layanan cloud yang terkemuka, dan yang bisnisnya didasarkan pada kepercayaan pelanggan serta keamanan maksimal dari layanan-layanannya, bisa menggunakan langkah-langkah pengamanan yang jauh lebih ekstensif, lebih terintegrasi, dan yang paling penting, selalu terbaru.

Secara umum, penting untuk mengkonsolidasi dan merampingkan proses yang ada. Lagi pula, inisiatif transfer sistem adalah peluang bagus untuk meninggalkan area-area manajemen IT yang hingga kini tidak bisa dilakukan secara efisien - atau untuk merestrukturisasinya.

Di langkah awal, ada baiknya untuk menguji migrasi ke cloud di aplikasi yang non-krusial: ini akan memberikan pengalaman yang bisa sangat berharga bagi migrasi secara lengkap yang akan dilakukan nanti. Ini akan membantu CIO untuk membuat model operasi cloud dan memudahkan pembuatan strategi untuk migrasi aplikasi lainnya.

Penentuan model operasi cloud

Model operasi cloud mendokumentasikan bagaimana perpindahan ke cloud akan memengaruhi alur kerja, proses internal, dan prosedur yang ada. Dasarnya adalah sasaran strategis perusahaan. Model ini dengan jelas mendefinisikan bagaimana proses-proses akan berfungsi setelah migrasi selesai. Semua aspek yang berubah akibat introduksi cloud yang berhasil harus diperhitungkan. Tentunya, ini juga mencakup jadwal proses yang detail. Kapan migrasi dilakukan terutama tergantung pada kapan aplikasi yang terpengaruh paling jarang dipakai.

Selama fase transisi, akan terjadi keterbatasan fungsionalitas. Maka dari itu, minimalisasi efek downtime dan mekanisme perlindungan harus direncanakan. Keduanya lebih mudah dipastikan saat tingkat pemakaian rendah. Rencana antisipasi (contingency plan) untuk masalah tak terduga saat migrasi - atau rencana pemulihan bencana - juga merupakan bagian dari model operasi, beserta dokumentasi detail dan pelaksanaan uji coba dengan aplikasi non-krusial.


Keamanan

Baik penyedia layanan dan pelanggan sama-sama menginginkan keamanan data dan aplikasi di cloud. Bersama-sama, mereka akan menyusun kebijakan keamanan yang lengkap dan andal demi keberhasilan setelah migrasi.

Sebagai pelanggan, perusahaan harus memahami setelan keamanan standar yang ditawarkan oleh penyedia cloud - serta menganalisis apakah setelah itu memenuhi kebutuhannya. Pusat data cloud sangatlah terlindungi - baik terhadap serangan cyber maupun akses fisik ke hardware atau datanya. Penyedia yang kompeten tidak bisa lengah sedikit pun di sini.


Keuntungan dari cloud yang modern dan sangat terlindungi adalah tingkat ketersediaan global yang tinggi dengan latensi jaringan data IP yang rendah. Ini digaransi dengan kombinasi jaringan serat optik publik dan milik penyedia sendiri serta kabel bawah laut. Hal ini menjamin tingkat keamanan yang lebih tinggi, karena dengan teknologi cloud yang umum, data pelanggan bergerak melalui beberapa tahap - atau loncatan - antara berbagai perangkat selama transmisi di jaringan internet publik. Jumlah loncatannya tergantung, antara lain, pada jarak antara ISP dan pelanggan. Masing-masing loncatan membawa risiko penyadapan atau pengubahan data.


Untuk mencegah ini terjadi, cloud computing memakai berbagai teknologi dan lapisan pengaman untuk menyediakan perlindungan yang canggih. Data juga dienkripsi saat transmisi di internet. Serangan DDoS dicegah dengan perlindungan yang berlapis. Penyimpanan di pusat data juga dienkripsi. Identitas, seperti identitas pengguna dan layanan, diverifikasi saat akses dengan autentikasi multifaktor yang kuat. Data yang sensitif juga dilindungi dengan solusi canggih seperti kunci keamanan anti phishing.


Bahkan saat terjadi gangguan listrik skala besar pun sistem penyuplai daya dan komponen penyuplai daya darurat memastikan fungsionalitas terus berjalan - dan bahwa pelanggan dapat selalu mengakses data mereka.


Strategi untuk akses data oleh karyawan dan pelanggan dari perusahaan yang diberi izin tergantung pada aktivitasnya masing-masing dan diklarifikasikan antara perusahaan dan penyedia cloud. Terlepas dari ini, saat memilih penyedia cloud, setiap perusahaan harus memperhitungkan apakah penyedia itu menjamin kepatuhan terhadap DSGVO.


Pertimbangan masing-masing perusahaan
Jalan yang ditempuh setiap perusahaan menuju cloud berbeda-beda: tidak ada solusi standar yang seragam untuk setiap migrasi. Start-up yang menggunakan solusi cloud untuk sebagian aktivitasnya saat baru didirikan memiliki kebutuhan, tantangan, dan kondisi awal yang berbeda dari perusahaan sedang - atau perusahaan global lainnya. Beralih dari server fisik ke cloud awalnya menantang dari aspek logistik, namun bisa dikuasai dengan baik - jika perlu dengan kontak dukungan dari penyedia cloud, partner konsultan dan implementasinya, atau penyedia layanan eksternal - seperti yang ditunjukkan oleh banyak referensi pelanggan Google Cloud.

Hasil akhirnya adalah langkah yang penting menuju digitalisasi dari seluruh bisnis, yang akhirnya akan mutlak diperlukan agar perusahaan bisa bersaing di masa depan.

Oleh Megawaty Khie, Country Director, Google Cloud Indonesia

Semakin banyak perusahaan yang mengganti server lokal dengan solusi cloud. Selama persiapannya benar, perpindahannya akan lancar.


Bahkan jika pada awalnya transisi melibatkan banyak usaha, ada alasan yang kuat untuk memindahkan pekerjaan dan data perusahaan ke cloud. Di satu sisi, ini memungkinkan banyak perusahaan untuk merasakan manfaat digitalisasi. Di sisi lain, jaringan yang terbentuk memungkinkan cara kerja yang lebih efisien dengan tim yang saling terhubung dan tersedianya saluran komunikasi modern. Proses yang ada dipikirkan kembali dan akhirnya dirampingkan, biaya bisa dihemat, dan efisiensi meningkat.


Lagi pula, pemeliharaan infrastruktur lokal sangatlah mahal: pusat data harus dikelola, hardware harus dibeli (dan dipensiunkan), software harus diinstal dan di-update, dan pemeliharaan server - yang harus dilakukan tidak hanya saat ada masalah - menyita banyak waktu.


Selain itu, infrastruktur IT memang sering kali kompleks: banyak sistem yang dipakai dikembangkan secara organik, di mana komponen-komponen yang sangat berbeda dipadukan - jelas saja, sistem ini kehilangan efisiensi seiring berjalannya waktu. Komponen tertentu yang ketinggalan zaman bisa menjadi unsur penghambat, yang memperlambat seluruh sistem sehingga menjad rawan terkena masalah dan memicu downtime yang sering menyebabkan tingginya biaya. Keamanannya sering kali tidak ideal: Hanya beberapa perusahaan yang mampu menjaga standar tertinggi di area ini dalam jangka panjang, karena proses update dan pemeliharaan sistem yang bermacam-macam mahal dan menyita banyak waktu.


Lalu juga ada faktor manusia yang “terkenal”: risiko keamanan sering muncul dari staf sendiri, demikian menurut Ryan Kalember, Executive Vice President of Cybersecurity Strategy Proofpoint yang berkata: “Lebih dari 99% serangan cyber memerlukan interaksi manusia agar berhasil.” Masalah ini juga disoroti dalam studi yang diadakan oleh Proofpoint: "Cyber Insecurity: Managing Threats from within."


Jadi, ada banyak argumen yang mendukung pencarian alternatif bagi arsitektur lokal IT perusahaan, sehingga mengalihkan sistem atau beban kerja ke operator cloud sekarang dianggap logis. Apa saja langkah yang diperlukan setelah keputusan untuk beralih ke cloud diambil?


Kesiapan Cloud
Perencanaan pramigrasi sama pentingnya dengan pelaksanaan implementasi. Dengan menilai kesiapan cloud, akan dihasilkan rencana detail dari pertimbangan awal perusahaan untuk beralih ke cloud. Dalam rencana ini, dicatat bagaimana “peralihannya” akan dilakukan dan apa saja urutan langkah-langkah yang diperlukan.


Sebelum memindahkan arsitektur IT perusahaan ke cloud, status yang ada dari semua area yang relevan harus dicatat dengan akurat dan dianalisis. Ini memerlukan pendekatan jujur terhadap pengalaman perusahaan - baik di antara karyawannya dan di level manajemen. Apakah perusahaan benar-benar siap untuk memindahkan setidaknya sebagian dari aplikasi dan beban kerjanya ke cloud?


Berikut adalah langkah-langkah yang logis secara praktis:
  • Definisikan sasaran bisnis dan analisis bagaimana solusi cloud dapat membantu mencapainya
  • Kategorikan beban kerja dan sasaran, lalu buat daftar sumber daya yang tersedia dan yang diperlukan, baik internal maupun eksternal
  • Definisikan seperti apa seharusnya operasi yang optimal setelah implementasi solusi cloud secara lengkap
  • Rencanakan jadwal dan anggaran transisi
  • Tentukan urutan operasi yang harus dialihkan
  • Perlindungan terhadap proses yang ada
  • Seleksi proses-proses yang relatif tidak krusial dan bisa dipakai untuk uji coba migrasi
  • Lakukan penilaian keamanan bersama penyedia cloud


Solusi hardware dan software yang sedang dipakai umumnya memiliki interface yang sesuai untuk transfer data dan aplikasi. Apakah interface tersebut dapat dipakai untuk melakukan transfer dengan lancar dan bagaimana caranya, harus diklarifikasikan kepada penyedia solusi cloud. Harus dipertimbangkan juga apakah proses yang belum digital akan bisa dioptimalkan selama transfer ke cloud.



Google Cloud dijalankan di atas salah satu jaringan backbone terbesar di dunia yang menghubungkan pusat-pusat data di seluruh dunia dengan kabel serat optik. Untuk membuat layanan dan penawaran produknya hampir bisa diskalakan tanpa batas, Google mengandalkan jaringan canggih berbasis software yang memanfaatkan layanan edge caching. Karena lalu lintas data di jaringan Google tidak melewati jaringan internet publik, risiko serangan dan manipulasi pun jauh lebih rendah. Untuk informasi lebih lanjut, baca tentang migrasi ke platform Google Cloud lebih lanjut di sini
Oleh Megawaty Khie, Country Director, Google Cloud Indonesia

Semakin banyak perusahaan yang mengganti server lokal dengan solusi cloud. Selama persiapannya benar, perpindahannya akan lancar.


Bahkan jika pada awalnya transisi melibatkan banyak usaha, ada alasan yang kuat untuk memindahkan pekerjaan dan data perusahaan ke cloud. Di satu sisi, ini memungkinkan banyak perusahaan untuk merasakan manfaat digitalisasi. Di sisi lain, jaringan yang terbentuk memungkinkan cara kerja yang lebih efisien dengan tim yang saling terhubung dan tersedianya saluran komunikasi modern. Proses yang ada dipikirkan kembali dan akhirnya dirampingkan, biaya bisa dihemat, dan efisiensi meningkat.


Lagi pula, pemeliharaan infrastruktur lokal sangatlah mahal: pusat data harus dikelola, hardware harus dibeli (dan dipensiunkan), software harus diinstal dan di-update, dan pemeliharaan server - yang harus dilakukan tidak hanya saat ada masalah - menyita banyak waktu.


Selain itu, infrastruktur IT memang sering kali kompleks: banyak sistem yang dipakai dikembangkan secara organik, di mana komponen-komponen yang sangat berbeda dipadukan - jelas saja, sistem ini kehilangan efisiensi seiring berjalannya waktu. Komponen tertentu yang ketinggalan zaman bisa menjadi unsur penghambat, yang memperlambat seluruh sistem sehingga menjad rawan terkena masalah dan memicu downtime yang sering menyebabkan tingginya biaya. Keamanannya sering kali tidak ideal: Hanya beberapa perusahaan yang mampu menjaga standar tertinggi di area ini dalam jangka panjang, karena proses update dan pemeliharaan sistem yang bermacam-macam mahal dan menyita banyak waktu.


Lalu juga ada faktor manusia yang “terkenal”: risiko keamanan sering muncul dari staf sendiri, demikian menurut Ryan Kalember, Executive Vice President of Cybersecurity Strategy Proofpoint yang berkata: “Lebih dari 99% serangan cyber memerlukan interaksi manusia agar berhasil.” Masalah ini juga disoroti dalam studi yang diadakan oleh Proofpoint: "Cyber Insecurity: Managing Threats from within."


Jadi, ada banyak argumen yang mendukung pencarian alternatif bagi arsitektur lokal IT perusahaan, sehingga mengalihkan sistem atau beban kerja ke operator cloud sekarang dianggap logis. Apa saja langkah yang diperlukan setelah keputusan untuk beralih ke cloud diambil?


Kesiapan Cloud
Perencanaan pramigrasi sama pentingnya dengan pelaksanaan implementasi. Dengan menilai kesiapan cloud, akan dihasilkan rencana detail dari pertimbangan awal perusahaan untuk beralih ke cloud. Dalam rencana ini, dicatat bagaimana “peralihannya” akan dilakukan dan apa saja urutan langkah-langkah yang diperlukan.


Sebelum memindahkan arsitektur IT perusahaan ke cloud, status yang ada dari semua area yang relevan harus dicatat dengan akurat dan dianalisis. Ini memerlukan pendekatan jujur terhadap pengalaman perusahaan - baik di antara karyawannya dan di level manajemen. Apakah perusahaan benar-benar siap untuk memindahkan setidaknya sebagian dari aplikasi dan beban kerjanya ke cloud?


Berikut adalah langkah-langkah yang logis secara praktis:
  • Definisikan sasaran bisnis dan analisis bagaimana solusi cloud dapat membantu mencapainya
  • Kategorikan beban kerja dan sasaran, lalu buat daftar sumber daya yang tersedia dan yang diperlukan, baik internal maupun eksternal
  • Definisikan seperti apa seharusnya operasi yang optimal setelah implementasi solusi cloud secara lengkap
  • Rencanakan jadwal dan anggaran transisi
  • Tentukan urutan operasi yang harus dialihkan
  • Perlindungan terhadap proses yang ada
  • Seleksi proses-proses yang relatif tidak krusial dan bisa dipakai untuk uji coba migrasi
  • Lakukan penilaian keamanan bersama penyedia cloud


Solusi hardware dan software yang sedang dipakai umumnya memiliki interface yang sesuai untuk transfer data dan aplikasi. Apakah interface tersebut dapat dipakai untuk melakukan transfer dengan lancar dan bagaimana caranya, harus diklarifikasikan kepada penyedia solusi cloud. Harus dipertimbangkan juga apakah proses yang belum digital akan bisa dioptimalkan selama transfer ke cloud.



Google Cloud dijalankan di atas salah satu jaringan backbone terbesar di dunia yang menghubungkan pusat-pusat data di seluruh dunia dengan kabel serat optik. Untuk membuat layanan dan penawaran produknya hampir bisa diskalakan tanpa batas, Google mengandalkan jaringan canggih berbasis software yang memanfaatkan layanan edge caching. Karena lalu lintas data di jaringan Google tidak melewati jaringan internet publik, risiko serangan dan manipulasi pun jauh lebih rendah. Untuk informasi lebih lanjut, baca tentang migrasi ke platform Google Cloud lebih lanjut di sini



Menyambut Hari Anak Nasional yang jatuh pada 23 Juli mendatang, Google Indonesia bersama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI (KemenPPPA RI) dan Yayasan Sejiwa menyelenggarakan webinar “Tangkas Berinternet: Membantu Keluarga Mempraktikkan Keamanan Berinternet dan Membangun Kebiasaan Digital yang Baik”.


Tangkas Berinternet adalah sebuah program global literasi digital dan keamanan online yang dijalankan oleh Google untuk meningkatkan keamanan berinternet anak-anak. Program Tangkas Berinternet memuat beberapa materi ajar untuk guru dan orang tua, situs terkait literasi digital, dan permainan berbasis web, Interland, yang dapat membantu mengajarkan konsep literasi digital kepada anak-anak dengan bantuan guru dan orang tua.



Saat keluarga terus menyesuaikan diri dengan kewajaran baru (new normal) yang mengharuskan melakukan banyak hal di rumah saja, alat-alat online atau internet dapat sedikit mempermudah proses penyesuaian tersebut. Namun hal Ini tidak mudah. Internet membuka banyak peluang untuk bermain, belajar, dan bersosialisasi, tapi juga membuat anak-anak juga menghadapi risiko yang juga dimiliki oleh orang dewasa. Sebagai contoh pada April lalu, Google menemukan sekitar 18 juta malware dan upaya phising terkait COVID-19, serta lebih dari 240 juta pesan spam terkait COVID, di seluruh dunia setiap harinya.



“Di Google kami percaya anak-anak harus dapat terlindungi agar dapat mengoptimalkan manfaat baik teknologi, sementara orang tua juga merasa percaya diri membiarkan mereka menjelajah online. Kami memfokuskan upaya kami pada 3 pilar: (1) Membangun produk-produk inovatif yang memberi pengalaman dan perlindungan yang sesuai dengan usia dan membantu keluarga membangun kebiasaan digital yang baik dan sesuai dengan mereka, (2) Menerapkan kebijakan yang memungkinkan kami untuk menanggapi tren baru dan berkembang, (3) Memberdayakan orang tua dan pengajar dengan menciptakan program yang membantu anak-anak membangun literasi digital dan kebiasaan digital yang baik agar dapat membantu mereka menjadi penjelajah dunia online maupun offline yang cerdas, cermat, tangguh bijak dan berani.” ujar Ryan Rahardjo, Head of Public Affairs, Asia Tenggara, Google Asia Tenggara.

Untuk membantu agar keluarga dan pengajar dapat secara optimal memanfaatkan kebaikan internet dari  konten dan aplikasi berkualitas, memegang kendali akan keamanan juga menerapkan kebiasaan digital yang sehat; beragam program, situs, aplikasi, dan fitur telah tersedia di Google. 


Membantu keluarga mempraktikkan keamanan online dan membangun kebiasaan teknologi yang sehat

Google terus mengembangkan alat dan program untuk membantu keluarga menggunakan teknologi, dari membantu orang tua menetapkan kebiasaan digital sampai menyediakan sumber informasi untuk mengajari anak cara berinternet yang lebih aman. Salah satu contohnya, aplikasi Family Link dari Google membantu orang tua menciptakan kebiasaan yang sehat untuk anak mereka yang masih kecil maupun yang sudah remaja dan mengawasi anak saat menggunakan internet di sebagian besar perangkat Android atau Chromebook. 

Orang tua atau pengasuh dapat menggunakan Family Link untuk menetapkan aturan dasar digital untuk keluarga, misalnya memantau waktu pemakaian perangkat, mengatur waktu tidur, atau menetapkan batas penggunaan harian perangkat anak. Family Link juga memungkinkan orang tua untuk mengelola aplikasi yang ada pada perangkat anak dengan memberikan batas waktu per-aplikasi, filter konten, hingga menyembunyikan aplikasi atau memblokir situs tertentu. Aplikasi ini juga bisa mengarahkan anak ke konten yang baik dengan laporan aplikasi reguler.

Kami memiliki fitur seperti SafeSearch di Google dan Mode Terbatas di YouTube untuk membantu menyaring konten tidak pantas dari hasil pencarian. Orang tua dapat mengaktifkan fitur ini untuk akun anak yang diawasi melalui aplikasi Family Link untuk mengontrol konten yang dapat dilihat anak. 


Membantu keluarga menemukan konten berkualitas untuk anak-anak

Ketika sekolah untuk sementara waktu menjadi pembelajaran jarak jauh, anak-anak semakin lebih lama online. Bahkan di luar jam sekolah dan kelas virtual, anak-anak menghabiskan lebih banyak waktu untuk melihat konten online. Oleh sebab itu, untuk membantu orang tua menemukan konten yang berkualitas serta sesuai dengan usia anak, Google menyediakan beberapa fitur dan aplikasi untuk mempermudah orang tua menemukan konten yang mendidik dan seru untuk anak-anak. 

Sebagai contoh, tab ‘Keluarga’ (Family) di Google Play yang mengumpulkan aplikasi yang telah diberikan label rating konten aplikasi dan permainan untuk membantu memahami tingkat kedewasaan konten aplikasi, juga fitur ‘Kontrol Orang Tua’ (Parental Controls) yang dapat membatasi jenis konten yang dapat didownload atau dibeli dari Google Play berdasarkan tingkat kedewasaan.

Selain beragam fitur di Google Play Store, YouTube Kids didesain khusus untuk anak-anak, tetapi orang tua akan tetap memiliki kontrol. Aplikasi ini menggunakan kombinasi antara filter, masukan pengguna, dan moderator konten untuk memastikan video di YouTube Kids bersifat ramah keluarga, sehingga anak dapat menjelajahi katalog konten dalam lingkungan yang lebih aman. YouTube Kids sekarang bisa diakses melalui desktop di 79 negara, termasuk Indonesia. 

Juga tersedia beragam eksplorasi sejarah, budaya, dan wisata Indonesia secara virtual di Google Arts & Culture dan Google Maps, juga konten edukasi menarik dari kreator lokal di playlist Belajar #SamaSaya di YouTube.

“Mewujudkan ruang aman, nyaman, dan ramah bagi anak untuk tumbuh dan berkembang adalah tugas kita semua. Perlindungan dan pemenuhan hak anak harus diwujudkan kapan saja dan dimana saja, tidak terkecuali di dalam berinternet. Apalagi pada masa pandemi COVID-19 ini, internet menjadi kebutuhan bagi anak untuk menjalani kegiatan belajar dari rumah. Saya selaku Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ingin memberikan apresiasi yang setinggi - tingginya kepada Google Indonesia yang telah menginisiasi terselenggaranya webinar Tangkas Berinternet dalam rangka merayakan Hari Anak Nasional. Bagi orang tua, dampingilah anak - anak selama berinternet. Jadikanlah mereka partner diskusi yang setara dengan kita, sehingga mereka memahami sisi positif dan negatif dari internet. Bagi para guru, manfaatkanlah teknologi internet dengan sebaik - baiknya sebagai sarana interaksi dan edukasi. Bagi anak - anakku yang Ibu banggakan, selalu akses konten bermanfaat yang sesuai dengan usia kalian. Jika merasa bingung atau ragu, segeralah bertanya ke orang tua atau guru kalian. Mari bersama - sama mengambil momentum ini untuk mewujudkan pemenuhan hak - hak dan perlindungan di internet demi kepentingan terbaik bagi anak. Melindungi anak kita, semua anak - anak (di Indonesia), adalah tanggung jawab kita bersama. Selamat Hari Anak Nasional 2020 - anak terlindungi, Indonesia maju.” sambut Ibu Bintang Puspayoga, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI. 

Pada kesempatan yang sama, Darius Sinathrya, Aktor, Presenter, dan Ayah dari 3 anak pun menyampaikan “Menurut saya, peran orang tua sangatlah penting untuk mengajak anak berdialog secara terbuka, memberikan pemahaman untuk lebih bijak dalam berinternet; agar mereka pun bisa lebih mandiri, lebih jeli ketika berinternet, terlindungi dan tetap mendapatkan manfaat internet secara optimal. Apalagi di masa transisi ke ‘new normal’ seperti saat ini. Inilah saatnya kita bagi orang tua untuk mulai menerapkan kebiasaan digital yang baik. Saya lihat, alat dan tips untuk melindungi keluarga agar aman berinternet sudah tersedia, tinggal bagaimana kita sebagai orang tua mengulik alat yang ada dan menerapkan tips tersebut, sesuai dengan karakter anak dan keluarga kita.”








Menyambut Hari Anak Nasional yang jatuh pada 23 Juli mendatang, Google Indonesia bersama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI (KemenPPPA RI) dan Yayasan Sejiwa menyelenggarakan webinar “Tangkas Berinternet: Membantu Keluarga Mempraktikkan Keamanan Berinternet dan Membangun Kebiasaan Digital yang Baik”.


Tangkas Berinternet adalah sebuah program global literasi digital dan keamanan online yang dijalankan oleh Google untuk meningkatkan keamanan berinternet anak-anak. Program Tangkas Berinternet memuat beberapa materi ajar untuk guru dan orang tua, situs terkait literasi digital, dan permainan berbasis web, Interland, yang dapat membantu mengajarkan konsep literasi digital kepada anak-anak dengan bantuan guru dan orang tua.



Saat keluarga terus menyesuaikan diri dengan kewajaran baru (new normal) yang mengharuskan melakukan banyak hal di rumah saja, alat-alat online atau internet dapat sedikit mempermudah proses penyesuaian tersebut. Namun hal Ini tidak mudah. Internet membuka banyak peluang untuk bermain, belajar, dan bersosialisasi, tapi juga membuat anak-anak juga menghadapi risiko yang juga dimiliki oleh orang dewasa. Sebagai contoh pada April lalu, Google menemukan sekitar 18 juta malware dan upaya phising terkait COVID-19, serta lebih dari 240 juta pesan spam terkait COVID, di seluruh dunia setiap harinya.



“Di Google kami percaya anak-anak harus dapat terlindungi agar dapat mengoptimalkan manfaat baik teknologi, sementara orang tua juga merasa percaya diri membiarkan mereka menjelajah online. Kami memfokuskan upaya kami pada 3 pilar: (1) Membangun produk-produk inovatif yang memberi pengalaman dan perlindungan yang sesuai dengan usia dan membantu keluarga membangun kebiasaan digital yang baik dan sesuai dengan mereka, (2) Menerapkan kebijakan yang memungkinkan kami untuk menanggapi tren baru dan berkembang, (3) Memberdayakan orang tua dan pengajar dengan menciptakan program yang membantu anak-anak membangun literasi digital dan kebiasaan digital yang baik agar dapat membantu mereka menjadi penjelajah dunia online maupun offline yang cerdas, cermat, tangguh bijak dan berani.” ujar Ryan Rahardjo, Head of Public Affairs, Asia Tenggara, Google Asia Tenggara.

Untuk membantu agar keluarga dan pengajar dapat secara optimal memanfaatkan kebaikan internet dari  konten dan aplikasi berkualitas, memegang kendali akan keamanan juga menerapkan kebiasaan digital yang sehat; beragam program, situs, aplikasi, dan fitur telah tersedia di Google. 


Membantu keluarga mempraktikkan keamanan online dan membangun kebiasaan teknologi yang sehat

Google terus mengembangkan alat dan program untuk membantu keluarga menggunakan teknologi, dari membantu orang tua menetapkan kebiasaan digital sampai menyediakan sumber informasi untuk mengajari anak cara berinternet yang lebih aman. Salah satu contohnya, aplikasi Family Link dari Google membantu orang tua menciptakan kebiasaan yang sehat untuk anak mereka yang masih kecil maupun yang sudah remaja dan mengawasi anak saat menggunakan internet di sebagian besar perangkat Android atau Chromebook. 

Orang tua atau pengasuh dapat menggunakan Family Link untuk menetapkan aturan dasar digital untuk keluarga, misalnya memantau waktu pemakaian perangkat, mengatur waktu tidur, atau menetapkan batas penggunaan harian perangkat anak. Family Link juga memungkinkan orang tua untuk mengelola aplikasi yang ada pada perangkat anak dengan memberikan batas waktu per-aplikasi, filter konten, hingga menyembunyikan aplikasi atau memblokir situs tertentu. Aplikasi ini juga bisa mengarahkan anak ke konten yang baik dengan laporan aplikasi reguler.

Kami memiliki fitur seperti SafeSearch di Google dan Mode Terbatas di YouTube untuk membantu menyaring konten tidak pantas dari hasil pencarian. Orang tua dapat mengaktifkan fitur ini untuk akun anak yang diawasi melalui aplikasi Family Link untuk mengontrol konten yang dapat dilihat anak. 


Membantu keluarga menemukan konten berkualitas untuk anak-anak

Ketika sekolah untuk sementara waktu menjadi pembelajaran jarak jauh, anak-anak semakin lebih lama online. Bahkan di luar jam sekolah dan kelas virtual, anak-anak menghabiskan lebih banyak waktu untuk melihat konten online. Oleh sebab itu, untuk membantu orang tua menemukan konten yang berkualitas serta sesuai dengan usia anak, Google menyediakan beberapa fitur dan aplikasi untuk mempermudah orang tua menemukan konten yang mendidik dan seru untuk anak-anak. 

Sebagai contoh, tab ‘Keluarga’ (Family) di Google Play yang mengumpulkan aplikasi yang telah diberikan label rating konten aplikasi dan permainan untuk membantu memahami tingkat kedewasaan konten aplikasi, juga fitur ‘Kontrol Orang Tua’ (Parental Controls) yang dapat membatasi jenis konten yang dapat didownload atau dibeli dari Google Play berdasarkan tingkat kedewasaan.

Selain beragam fitur di Google Play Store, YouTube Kids didesain khusus untuk anak-anak, tetapi orang tua akan tetap memiliki kontrol. Aplikasi ini menggunakan kombinasi antara filter, masukan pengguna, dan moderator konten untuk memastikan video di YouTube Kids bersifat ramah keluarga, sehingga anak dapat menjelajahi katalog konten dalam lingkungan yang lebih aman. YouTube Kids sekarang bisa diakses melalui desktop di 79 negara, termasuk Indonesia. 

Juga tersedia beragam eksplorasi sejarah, budaya, dan wisata Indonesia secara virtual di Google Arts & Culture dan Google Maps, juga konten edukasi menarik dari kreator lokal di playlist Belajar #SamaSaya di YouTube.

“Mewujudkan ruang aman, nyaman, dan ramah bagi anak untuk tumbuh dan berkembang adalah tugas kita semua. Perlindungan dan pemenuhan hak anak harus diwujudkan kapan saja dan dimana saja, tidak terkecuali di dalam berinternet. Apalagi pada masa pandemi COVID-19 ini, internet menjadi kebutuhan bagi anak untuk menjalani kegiatan belajar dari rumah. Saya selaku Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ingin memberikan apresiasi yang setinggi - tingginya kepada Google Indonesia yang telah menginisiasi terselenggaranya webinar Tangkas Berinternet dalam rangka merayakan Hari Anak Nasional. Bagi orang tua, dampingilah anak - anak selama berinternet. Jadikanlah mereka partner diskusi yang setara dengan kita, sehingga mereka memahami sisi positif dan negatif dari internet. Bagi para guru, manfaatkanlah teknologi internet dengan sebaik - baiknya sebagai sarana interaksi dan edukasi. Bagi anak - anakku yang Ibu banggakan, selalu akses konten bermanfaat yang sesuai dengan usia kalian. Jika merasa bingung atau ragu, segeralah bertanya ke orang tua atau guru kalian. Mari bersama - sama mengambil momentum ini untuk mewujudkan pemenuhan hak - hak dan perlindungan di internet demi kepentingan terbaik bagi anak. Melindungi anak kita, semua anak - anak (di Indonesia), adalah tanggung jawab kita bersama. Selamat Hari Anak Nasional 2020 - anak terlindungi, Indonesia maju.” sambut Ibu Bintang Puspayoga, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI. 

Pada kesempatan yang sama, Darius Sinathrya, Aktor, Presenter, dan Ayah dari 3 anak pun menyampaikan “Menurut saya, peran orang tua sangatlah penting untuk mengajak anak berdialog secara terbuka, memberikan pemahaman untuk lebih bijak dalam berinternet; agar mereka pun bisa lebih mandiri, lebih jeli ketika berinternet, terlindungi dan tetap mendapatkan manfaat internet secara optimal. Apalagi di masa transisi ke ‘new normal’ seperti saat ini. Inilah saatnya kita bagi orang tua untuk mulai menerapkan kebiasaan digital yang baik. Saya lihat, alat dan tips untuk melindungi keluarga agar aman berinternet sudah tersedia, tinggal bagaimana kita sebagai orang tua mengulik alat yang ada dan menerapkan tips tersebut, sesuai dengan karakter anak dan keluarga kita.”